GEJALA KLINIS :
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada
semua gigitan ular.
Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, memar
sampai dengan nekrosis, ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang
terperangkap di jaringan bawah kulit).
Gejala
sistemik: hipotensi, otot melemah,
berkeringat, menggigil, mual, hipersalivasi (ludah bertambah banyak), muntah,
nyeri kepala, pandangan kabur.
Efek sistemik spesifik
Efek sistemik spesifik dapat dibagi berdasarkan:
1.
Koagulopati
Beberapa spesies ular
dapat menyebabkan terjadinya koagulopati.
Tanda tanda klinis yang dapat ditemukan adalah keluarnya darah terus
menerus dari tempat gigitan,venipuncture dari gusi dan bila berkembang
akan menimbulkan hematuria,
haematomesis, melena dan batuk darah.
2.
Neurotoksik
Gigitan
ular ini dapat menyebabkan terjadinya flaccid paralysis.Ini
biasanya berbahaya bila terjadi paralisis pada pernafasan. Biasanya tanda-tanda
yang pertama kali dijumpai adalah pada saraf kranial seperti
ptosis,oftalmoplegia progresif bila tidak mendapat anti venom akan terjadi kelemahan
anggota tubuh dan paralisis pernafasan. Biasanya full paralysisakan
memakan waktu + 12 jam, pada beberapa kasus biasanya menjadi lebih cepat, 3 jam
setelah gigitan.
3.
Miotoksisitas
Miotoksisitas
hanya akan ditemukan bila seseorang diserang atau digigitoleh ular laut. Ular
yang berada didaratan biasanya tidak ada yang menyebabkan terjadinya
miotoksisitas berat. Gejala dan tanda adalah :nyeri otot,tenderness,
mioglobinuria dan berpotensi untuk terjadinya gagalginjal, hiperkalemia dan
kardiotoksisitas
Gigitan Elapidae
(misal: ular kobra, ular weling, ular welang, ular
sendok, ular anang, ular cabai, coral snakes, mambas, kraits)
1. Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit
yang berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut.
2. Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang
rusak.
3. Setelah digigit
ular
a. 15 menit: muncul gejala sistemik.
b. 10 jam: paralisis urat-urat di wajah, bibir, lidah,
tenggorokan, sehingga sukar bicara, susah menelan, otot lemas, kelopak mata
menurun, sakit kepala, kulit dingin, muntah, pandangan kabur, mati rasa di sekitar mulut. Kematian dapat
terjadi dalam 24 jam.
Gigitan Viperidae/Crotalidae
38 korban gigitan ular Viperidae,
29 (76%) mengalami koagulopati, dengan 20 (53%) terdapat beberapa kelainan
komponen koagulopati (misalnya hipofibrinogenemia dan trombositopenia).
(ular: ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo):
1. Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah
beberapa jam berupa bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh anggota
badan.
2. Gejala sistemik muncul setelah 5 menit atau setelah
beberapa jam.
3. Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas
siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan perdarahan hebat.
Gigitan Hydropiidae
(misalnya: ular laut):
1. Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal,
berkeringat, dan muntah.
2. Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul
kaku dan nyeri menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot rahang, paralisis otot,
mioglobulinuria yang ditandai dengan urin warna coklat gelap (ini penting untuk
diagnosis), ginjal rusak, henti jantung.
Gigitan Rattlesnake dan Crotalidae
(misalnya: ular tanah, ular hijau, ular bandotan
puspo)
1. Gejala lokal: ditemukan tanda gigitan taring,
pembengkakan, ekimosis, nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi perlunya
pemberian polivalen crotalidae antivenin.
2. Anemia, hipotensi, trombositopeni.
Rasa
nyeri pada gigitan ular mungkin ditimbulkan dari amin biogenik, seperti
histamin dan 5-hidroksitriptamin, yang ditemukan pada Viperidae. Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus gigitan ular
berbisa, yaitu terjadi edem (pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan 5P:
pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa),
paralysis (kelumpuhan otot), pulselesness (denyutan).